Selasa, 06 Desember 2016

BIDADARI KEDUA

Dalam kehidupan, terkadang kita jadi tak tahu mana yang benar.

Meragu dan mempertanyakan berulang kali tentang arah yang dituju.

Sudah benarkah langkah yang ditapaki?

Takkan menyesalkah dengan keputusan yang diambil?

Dan banyak lagi pertanyaan yang terintas dalam pemikiran.

Tetapi begitulah hidup berjalan adanya. Akan selalu ada ragu. Tak peduli sebanyak apa pengalaman yang telah kita dapati sebelumnya. Karena perasaan pun terkadang tak bisa dipercaya, mengingat banyaknya manusia yang memakai topeng di luar sana. Menungguku memberi peluang untuk menggoreskan luka dalam di hati.

Bukan. Bukan sakit itu yang kutakuti. Sudah terlalu terbiasa dengan rasa sakit.

Tetapi aku memikirkan waktu yang lagi-lagi harus terbuang percuma, jika salah memilih. Salah mengambil keputusan.

Sudah terlalu banyak waktu yang sia-sia karena keputusan salah. Bahkan yang awalnya kukira terbaik pun, pada akhirnya pergi. Ah, tidak. Kurelakan pergi lebih tepatnya. Sesudahnya tak pernah ada lagi cukup waktu untuk menggoreskan luka dalam. Sekedar datang kemudian pergi. Begitu saja berlalu. Singkat.

Salah jika ada yang mengira, aku mencari yang sempurna. Siapapun yang mengenalku pasti tahu, aku adalah pribadi yang paling bisa menerima kekurangan orang lain. Justru aku syukuri, mereka yang telah berlalu adalah orang-orang yang tak bisa menerima kekuranganku.



Apalah. pada akhir aku hanya berharap, bisa menemukan seseorang yang bisa saling menerima kekurangan. Tak sempurna, tetapi setidaknya ketika menjadi kita, saling menyeimbangkan sayap untuk terbang meraih segala impian.

Dan ketika seseorang itu kutemukan, kupastikan -dengan izin Yang Maha Baik- tak akan kutinggalkan dirinya. Akan selalu disampingnya memperbaiki semua keputusan salah yang diambil. Tetap percaya seperti dia mempercayaiku.

Tak menyerah dan selalu ada untukku.


Dia..... Sang Bidadari kedua.