Dalam
kehidupan, terkadang kita jadi tak tahu mana yang benar.
Meragu dan
mempertanyakan berulang kali tentang arah yang dituju.
Sudah benarkah
langkah yang ditapaki?
Takkan
menyesalkah dengan keputusan yang diambil?
Dan banyak
lagi pertanyaan yang terintas dalam pemikiran.
Tetapi begitulah
hidup berjalan adanya. Akan selalu ada ragu. Tak peduli sebanyak apa pengalaman
yang telah kita dapati sebelumnya. Karena perasaan pun terkadang tak bisa
dipercaya, mengingat banyaknya manusia yang memakai topeng di luar sana. Menungguku
memberi peluang untuk menggoreskan luka dalam di hati.
Bukan. Bukan
sakit itu yang kutakuti. Sudah terlalu terbiasa dengan rasa sakit.
Tetapi aku
memikirkan waktu yang lagi-lagi harus terbuang percuma, jika salah memilih. Salah
mengambil keputusan.
Sudah terlalu
banyak waktu yang sia-sia karena keputusan salah. Bahkan yang awalnya kukira
terbaik pun, pada akhirnya pergi. Ah, tidak. Kurelakan pergi lebih tepatnya. Sesudahnya
tak pernah ada lagi cukup waktu untuk menggoreskan luka dalam. Sekedar datang
kemudian pergi. Begitu saja berlalu. Singkat.
Salah jika
ada yang mengira, aku mencari yang sempurna. Siapapun yang mengenalku pasti
tahu, aku adalah pribadi yang paling bisa menerima kekurangan orang lain. Justru
aku syukuri, mereka yang telah berlalu adalah orang-orang yang tak bisa
menerima kekuranganku.
Apalah. pada
akhir aku hanya berharap, bisa menemukan seseorang yang bisa saling menerima
kekurangan. Tak sempurna, tetapi setidaknya ketika menjadi kita, saling
menyeimbangkan sayap untuk terbang meraih segala impian.
Dan ketika
seseorang itu kutemukan, kupastikan -dengan izin Yang Maha Baik- tak akan
kutinggalkan dirinya. Akan selalu disampingnya memperbaiki semua keputusan
salah yang diambil. Tetap percaya seperti dia mempercayaiku.
Tak menyerah
dan selalu ada untukku.
Dia..... Sang Bidadari
kedua.