Menerobos kemacetan
telah menjadi hal yang sangat biasa kini bagiku. Suatu hal yang oleh sebagian
besar sahabat-sahabatku katakan, adalah tantangan pertama yang jelas langsung
menghadang didepan mata saat pertama menjejakkan kaki di kota ini. Dan mereka
benar, untuk ukuran seorang yang terbiasa berangkat 15 menit sebelum waktu yang
ditentukan saat ada janji bertemu dengan siapa saja, kota ini memaksa aku tanpa
ampun harus mengubah drastis kebiasaan itu. Mau tidak mau.
Maka
saat-saat dimana jalanan kota terasa agak lengang seperti sekarang ini, terasa
ada Sedikit keganjilan diantara rasa lega yang tiba-tiba saja datang, meskipun
harus ku akui ada sedikit rasa kehilangan yang anehnya tiba-tiba datang melihat
jalanan yang tak sepadat biasanya. Meskipun aku tentu saja tahu apa penyebab
jalanan ini lengang, mudik. Ya, hari menjelang lebaran seperti saat sekarang ini, sesuatu yang kita
namakan “mudik” telah berhasil memindahkan titik-titik kemacetan berpindah dari
kota ini.
Mudik bagi
para perantau seperti diriku, paling sering diidentikkan dengan lebaran. Hari di
mana umat muslim seluruh dunia merayakan hari kemenangan setelah melaksanakan
ibadah shaum Ramadan. Mudik berarti waktunya bertemu sanak saudara, kerabat,
handai taulan dan siapa saja di kampung
halaman tercinta. Seakan kita adalah sebuah puzzle yang berserakan dimana-mana,
dan lebaran adalah hari dimana kepingan-kepingan puzzle itu berkumpul membentuk
suatu keutuhan yang berarti.
Saat-saat
berkumpul bersama keluarga, memang selalu menjadi sebuah momen yang teramat
sangat berarti. bisa terlihat jelas raut-raut wajah yang kelelahan itu
tiba-tiba sirna saat melihat senyuman wajah-wajah yang dirindukan menyambut
kedatangan keluarganya yang sekian lama hidup di perantauan. Seakan sebuah
pemantik yang secara otomatis menyulut sebuah obor yang telah padam, untuk
kembali berkobar, benderang menantang kegelapan.
Ada rasa
kehilangan dan kerinduan mendalam, yang tentu saja harus ku akui saat ini
begitu kencang menyusup menerobos di dalam setiap inchi tubuh ku. Saat mengingat
lebaran tahun ini akan ku rayakan jauh dari keluarga besarku, jauh dari
sahabat-sahabat bebuyutanku. Tapi tentu saja kerinduan itu akan selalu terobati
mengingat ikatan dan rasa cinta itu selalu ku rasakan menyertai setiap jejak rekam
langkah kehidupanku, tak peduli dimanapun aku berada. Dan setiap saat aku
merasa rindu, aku hanya perlu memejamkan mata. Dan aku bisa mendengar suara
orang-orang yang begitu berarti dalam hidupku memanggil namaku. Melihat mereka
tersenyum dalam pikiranku, dan tentu saja aku akan membalas senyuman mereka tak
cuma dalam hati saja.
Ah, tak terasa
sebentar lagi ramadan tahun ini akan segera meninggalkan kita, gema takbir akan
segera bersahutan memenuhi setiap jengkal ruang hidup kita. Meninggalkan rasa
sedih dan haru bagi sebagian umat yang menjalankannya karena rasa rindu
terhadap Ramadan dan rasa rindu kepada Tuhannya, dan selalu melepas kepergian ramadan dengan iringan doa lirih
semoga tahun yang akan datang masih diberi kesempatan bertemu lagi dengan
ramadan.
Untuk setiap
insan yang pernah bersinggungan dengan hidup ku. sekali lagi seperti
tahun-tahun sebelumnya, ramadan adalah saat yang tepat untuk introspeksi diri. Mengingat
segala perbuatan dalam setahun kebelakang, dan berusaha menjadi lebih baik lagi
di masa depan. Ku akui sebagai insan penuh kekurangan dan tak sempurna seperti
diri ini, begitu banyak khilaf baik kata yang menyakitkan dan perbuatan yang
menyakitkan hati, disengaja atau pun tidak.
Sebentar lagi
ramadan ini akan pergi, dan gema takbir kemenangan akan menyapa kita...
Mohon
maafkan diri ini, lahir maupun batin....