Langit
begitu cerah. Ceria, lebih tepatnya menurut kamu. Gadis kecil itu bermain
tertawa riang dengan teman-teman sebayanya. Memainkan bermacam-macam permainan
sederhana yang mungkin tak terlintas dipikiran oleh anak-anak seusianya
di jaman sekarang ini yang makin menggandrungi permainan modern yang tak harus menuntut
mereka untuk bersosialisasi dengan teman-teman
sebayanya di luar. Tawa renyah mereka menghiasi indahnya siang menjelang
sore saat sinar matahari mulai mencoba ramah pada penghuni bumi.
Tiba-tiba gadis
kecil itu teringat sesuatu, bergegas dia meninggalkan teman-teman
sepermainannya. Berlari-lari kecil menuju rumah kecil sederhana tempat dimana
jutaan cinta dan kasih sayang senantiasa setia mengelilinginya. Disana telah
menunggu sesosok perempuan bersahaja yang disebut dengan manja oleh gadis kecil itu dengan panggilan ‘Ummi’,
telah menyiapkan kue-kue untuk dijual untuk sekedar mencari tambahan rizki yang halal
yang telah dijanjikan oleh Yang Maha Kuasa
untuk setiap hambanya yang tak lelah untuk terus berusaha.
Setelah mengucapkan
salam gadis kecil itu pun berlalu, bergegas menjajakan kue-kue buatan sang
ummi. Di depan rumah teman-teman sepermainannya telah menanti, rupa-rupanya bocah-bocah inipun telah mengerti arti setia kawan dan memilih meninggalkan
aktivitas bermain mereka tadi. Mereka mengiringi langkah sang gadis kecil
menyusuri jalan yang tak beraspal menuju pesisir pantai. Sesekali mereka
bercanda, berbagi cerita ataupun sekedar mengomentari apa saja yang menarik di
mata anak kecil yang pemikirannya penuh dengan fantasi.
Silih berganti
orang-orang memanggil sang gadis kecil untuk membeli kue lezat buatan Ummi. Hingga
semuanya telah laku terjual dan gadis kecil beserta teman-temannya pun pulang
kembali ke rumah. Masih rumah yang sama yang penuh cinta dan dikelilingi jutaan
kasih sayang. Gadis kecil mempercepat langkahnya karena ia tahu, kali ini tak
hanya ummi yang menungunya dirumah, Abah pun pasti telah pulang dari mencari
nafkah. Tak sabar ia ingin segera memeluk keduanya.
Sekian tahunpun
berlalu. Gadis kecil itu kini telah tumbuh dewasa, begitu cantik, begitu
memukau dan mempesona dengan kebersahajaannya. Tempaan hidup telah membuatnya
tak lelah untuk selalu mencoba mengerti dan memahami isyarat Yang Maha Kuasa disetiap
laku yang terjadi dalam sisi kehidupannya.
Langit
begitu cerah. Ah...Ceria, lebih tepatnya menurut kamu. Layaknya senyum yang
merekah dari bibirmu. Sore ini kita berjalan beriringan menyusuri jalanan
beraspal yang masih menyisakan panas karena teriknya sang mentari siang
tadi.Langit biru dihiasi gumpalan-gumpalan awan yang membentuk menyerupai
bayangan imajiner tergantung siapa yang melihat dan mempersepsikannya. Dan
kaupun selesai berkisah, kisah tentang sang gadis kecil. Yang tumbuh dewasa
dengan kehidupan yang sederhana, namun rumah yang penuh cinta dan kasih sayang
itu akan selalu mampu membuatmu bersyukur.
Setulusnya dalam hatiku memanjatkan doa,
semoga kita mampu, berdua dengan seizin Yang Maha Kuasa membuat rumah penuh dengan cinta dan jutaan kasih sayang yang sama, dimana semua mimpi dan segala impian
kita akan berusaha kita wujudkan. Sebuah rumah dimana penghuninya akan selalu
terus saling percaya, saling mendukung untuk tak pernah menyerah, saling menopang saat kesulitan menghadang, hingga kelak tiba saatnya Yang Maha Baik
memanggil untuk memeluk kita kembali.