Sekali lagi harus berada di sini. Di posisi sulit yang terkadang aku tak mengerti.
Menghadirkan rasa tanya yang menggelitik, bagaimana mungkin arahnya lagi-lagi menuju ke sini?
Tapi sudahlah. Bukankah tak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.
Ah... Mungkin sebelumnya aku harus mengingatkan, maaf bahwa tulisan kali ini mungkin tanpa arah. Bukan bermaksud mengutip nama blog salah satu sahabat, bukan. Sehingga mungkin benang merahnya agak sulit terbaca.
Entahlah, rasanya ingin menuangkan segala apa yang ada dalam pikiranku.
Namun, sepertinya semesta malam ini sedang ingin tertawa menyaksikan betapa lucunya seorang lelaki (yang katanya) keren, dalam keadaan layaknya trance. Hidup di dua Dunia.
Merasa sendiri di keramaian.
Kesepian di keriuhan.
Menggigil di teriknya Matahari.
Gerah di dalam lemari es.
Okeh... Yang terakhir memang menghilangkan unsur puitis. Tetapi bukankah sudah ku katakan, tulisan ini tanpa arah.
Intinya, pernahkah dalam hidupmu, engkau menunggu?
Menunggu sebuah jawaban atas pertanyaan yang engkau lontarkan.
Sebuah pertanyaan, yang engkau tahu jawabannya sanggup mematikan seluruh sel-sel dalam tubuhmu.
Sebuah pertanyaan layaknya guillotine, dan dengan suka rela engkau pertaruhkan lehermu di bawah ancamannya yang mengilap berbahaya.
Sebuah pertanyaan yang engkau berharap diiringi jutaan doa agar jawabannya adalah 'TIDAK,' tetapi tak terkabul.
Dan semesta pun tertawa.
Tetapi mungkin pada saat itu, ada seseorang yang dalam diamnya berkata, "berhentilah berharap, dan jadilah akhirku. Doamu untuknya mungkin tak sehebat doaku untukmu."
"Tidurlah di pangkuanku. Aku ingin menjadi alasanmu tertidur dan berhenti berharap lagi untuk bermimpi."
"Semua mimpimu ada di sini."
Yah.... Di sini (nunjuk diri sendiri).
( Ternyata bikin tulisan absurd itu gak gampang, ya?!)