Kamis, 25 Juni 2015

JANGAN LUPA BAHAGIA

Waktu tetap saja begitu. Terus berjalan dengan konstan. Sedikitpun tidak lebih cepat dari kemarin, atau hari-hari sebelumnya. Dan begitulah, bersama waktu kehidupan yang ku jalani terus berjalan.

Terkadang terbesit pemikiran yang membuatku tersenyum sendiri. Tentang bagaimana seiring waktu yang berlalu, kehidupan pun berubah. Terkadang begitu cepat, hingga terasa seperti mimpi.

Begitupun dengan orang-orang yang dulunya kita kenal. Hampir semuanya berubah. Meski, yaah.... semuanya berubah menjadi lebih baik menurut apa yang mereka yakini. Tentu saja.

Mungkin memang seperti itulah lingkaran dalam kehidupan ini. Ketika karena suatu kebetulan yang tidak mungkin, takdir mendekatkan kehidupan kita dengan orang-orang. Yang kelak akan kita kenal sebagai sahabat, sekedar kenalan, kekasih atau apapun itu.

Tetapi terkadang memang menyedihkan, ketika seseorang yang awalnya kita kenal, tiba-tiba berubah menjadi tidak kita kenali.



Ah, tidak. Mungkin bukanlah mereka yang berubah. Tetapi kitalah yang merasa kenal dengan mereka. Yah, kitalah yang membangun persepsi atas mereka berdasarkan duga-duga. Yang kita (paksa) yakini, bahwa seperti itulah mereka. Pemikiran ideal yang terbaik menurut kita, tentang mereka.

Sementara kita melupakan, bahwa setiap diri seseorang hanya orang tersebutlah yang paling tahu. Dan tidak semua kita, bersedia memperlihatkan setiap sisi diri mereka. Kecuali kepada orang yang benar-benar kita percayai.

Dan begitulah kita yang kini mulai aku sadari. Terlalu banyak hal, yang aku tak tahu di kehidupanmu sekarang. Ah, mungkin karena memang aku bukanlah siapa-siapa. Yah, itulah.

Tak apalah. Satu hal yang aku tahu pasti. Aku tetap saja akan mendoakan yang terbaik untukmu. Mungkin seiring waktu yang berlalu di masa yang akan datang, intensitasnya tak akan sesering sekarang. Tetapi setiap kali teringat, pasti akan diiringi semua doa-doa baik untukmu.


Meskipun mungkin kamu yang sekarang, bukanlah seperti kamu yang ideal dalam persepsi (mencintai)ku. Tetapi aku selalu percaya, setiap sisi baik yang pernah kamu tunjukkan, adalah sebenar-benarnya sisi yang tak akan hilang selamanya dari dirimu. 

Yaah...Setidaknya untuk sekarang, saat mengetahui kita sedang memandang senja yang sama bisa menghadirkan senyuman. Dan Apapun pilihanmu dalam menjalani hidup kelak, jangan lupa bahagia.

Jumat, 19 Juni 2015

MESKI MUNGKIN, KITA BUKANLAH KITA

Hari ini aku awali dengan mendoakan yang terbaik untukmu. Tidak, bukan hanya hari ini. Setiap haripun  selalu, segala yang terbaik untuk kehidupanmu.

Belakangan memang kita rasanya jauh. Sangat jauh. Meskipun rasanya aneh, tetapi begitulah kenyataannya.

Entahlah, aku tak lagi bisa merasa sedekat dulu denganmu. Meskipun sekarang jarak raga diantara kita lebih dekat dibanding dulu, tetapi hati kita berdua justru terasa semakin jauh.

Kamu telah membuat sebuah pembatas. Batasan yang tak bisa aku lewati. Bukan dinding, karena nyatanya aku masih bisa melihatmu. Bukan juga jurang, karena aku tak perlu jembatan untuk mendekati wujudmu. Bukan ketinggian, karena aku tak perlu mendongak untuk memandangmu.

Pernah pada suatu ketika di masa laluku, kekecewaan menyerangku. Kecewa dihempaskan kenyataan, bahwa ternyata kita yang engkau maksud ternyata serapuh itu. Bahwa kita yang dimaksud, bukanlah aku dan kamu.

Tetapi setelah sekian waktu berlalu. Aku menyadari bahwa dalam hidup, cinta adalah sesuatu yang tak pernah bisa dipaksakan. Karena itulah aku tak pernah bisa menjadi seseorang yang mendoakan kejatuhanmu. Karena sungguh aku menyadari, jika itu terjadi akupun tak akan bahagia.

Yaah... begitulah. Mungkin jarak telah memenangkan pertarungannya dengan kita. Meskipun tentu saja aku tak pernah menyerah, tetapi tidak demikian denganmu. Sehingga aku harus mengakui, kita telah kalah.





Hari ini aku memperbincangkan banyak hal tentangmu. Meminta segala yang terindah, yang cukuplah menjadi perbincangan rahasia, antara aku dan Sang Maha Baik. Meski di masa depan, mungkin kita bukanlah kita.

Selasa, 16 Juni 2015

ENTAH SEJAK KAPAN, IMPIANMU TELAH MENJADI IMPIANKU JUGA

Mungkin ada yang menilaiku sebagai pengejar impian setengah sinting. Yang bergantung pada harapan-harapan kosong, terus menunggu untuk sesuatu yang nyatanya tak akan pernah datang. Yah, sehebat itulah orang yang menilai.

Tapi apalah, aku masih akan terus melangkah mengejar impian-impian yang ku percaya pada akhirnya akan terwujud. Meski ku akui, terkadang langkah ini surut. Sering kali lelah itu datang menyergap. Tak pernah menyerah, hadangan itu coba menancapkan taringnya.

Tak peduli, sesedih apa jalan yang harus dilewati. Tak gentar, sesakit apa  jalan yang harus ditempuh. Tak menyerah, seperih apa jalan yang harus dipijaki. Karena lelaki ini telah bertekad. Sebuah janji yang akan terus berusaha diwujudkan hingga tiba waktunya Sang Maha Baik memanggil dan berkata “Sudah cukup, waktunya pulang”.

Aku pernah selalu berada di balik punggung sang Lelaki hebat. Orang yang dipilih sebagai penuntunku, saat aku mulai mengenal dunia. Seorang Lelaki luar biasa, yang mengajarkan banyak hal tentang dunia. Seorang Lelaki tangguh, yang mengajarkanku untuk terus berusaha dan tak pernah menyerah memberikan segala daya dan upaya untuk kebaikan orang banyak.

Yah, dibalik punggung lelaki seperti itulah, diri ini dibesarkan. Lelaki terhebat dimana diri ini dititipkan Sang Maha Baik. Yang Aku, Kakak dan Adikku memanggilnya “Papa”.



Tak terasa hampir 7 tahun sejak kepergianmu, Pa.
Harus ku akui ada saat-saat diri ini begitu hebat merindukanmu. Begitu ingin meminta satu-dua petuah darimu, saat rasanya lelah itu begitu hebat menyapa. Merasakan lagi elusan tanganmu di kepalaku, saat aku bisa menyelesaikan tantangan ataupun melakukan sesuatu yang membuatmu bangga seperti dulu.

Mungkin saja jalan yang ku tempuh tak akan sesulit ini, andai saja ada Papa yang mengarahkanku. Tetapi seperti yang selalu kau katakan, saat aku mengeluh. “Kalau cara itu tak berhasil, ganti dengan cara yang lain. Tetapi jangan ganti impianmu. Yang Maha Kuasa pasti tak akan menutup mata dengan segala usahamu”.

Hampir 7 Tahun sejak kepergianmu. 9 tahun sejak engkau membicarakan tentang impianmu kepadaku. Dan dengan melihat punggungmu, karakterku terbentuk. Yang membuatku percaya, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Segala sesuatu yang terjadi, pasti dimaksudkan Sang Maha Baik dengan tujuan tertentu.

Karena itulah aku belum akan menyerah, Pa. Karena Lelaki kecilmu ini telah bertekad, untuk mewujudkan segala apa yang kita bicarakan.

Karena entah sejak kapan, impianmu telah menjadi impianku juga.

In Loving memory : Ali Masloman 16 Juni 1953 – 13 September 2008

Minggu, 07 Juni 2015

DENGAN SEBAB SEDERHANA

Biarkan aku mencintai dengan cara yang sederhana.

Sesederhana saat mudah saja aku mengingatmu ketika menikmati embun pagi, yang begitu sejuk melekat di kulitku.

Sesederhana saat aku merasakan kesedihanmu ketika cahaya lembut berwarna perak sang rembulan, menyinari kulitku.






Sesederhana saat rerumputan itu membuatku terkenang saat-saat senyummu begitu cantik mengisi hidupku, meski mungkin pada saat yang sama kamu telah lupa caranya tersenyum.

Sesederhana saat pelangi itu menghadirkan cinta ini untukmu, meski kenyataannya kamu telah melupakan segala tentangku.

Sesederhana saat hujan datang, yang suara tetesannya melantunkan nada-nada yang berlagu tentangmu.

Sesederhana saat aku menyelami lautan biru, dan mengingat engkau pernah menungguku di tepian pantainya.

Sesederhana saat aku menyanyikan lagu untukmu, meski mungkin kini nadanya telah usang dan kau campakkan dari pikiranmu.

Yaah... Sederhana. Tetapi semua tetap berarti untukku.

Biarkan aku mencintaimu dengan caraku.

Dengan cara yang mungkin tak akan dipahami oleh orang lain.


Dengan cara sederhana. 

Seperti kesederhanaanmu telah membuatku jatuh sejak pertama jumpa.

WELL SAID

Ada hal di dunia ini, yang membuat terlupa akan keadaan kita.
Lupa menempatkan dimana diri kita sesungguhnya berada.

Pernah ada sahabat yang bilang, abaikan dia yang berjanji namun tak menepati. Dia yang akhirnya memilih pergi. Bukankah, karena sebab itulah, dia tak menjadi yang terakhir?.

Yah, apa yang dikatakan, benar adanya.






Akan selalu ada.... atau mungkin pernah dan akan datang seseorang dalam kehidupanmu, yang menyita banyak waktu. Untuk sekedar menggantikan tempatnya, setiap kali menikmati hal-hal yang disukai.

Dan di kehidupan yang ku jalani, rasanya terlalu banyak tentang kamu. yang bayangannya selalu saja hadir, di setiap tempat yang aku datangi. hebatnya, tak perlu kau harus pernah menginjakkan kaki disana. Bahkan  sekarang ini, disaat luka itu telah pergi. Masih saja senyumanmu melintas.

Terkadang bingung sih menafsirkan cinta. Katanya cinta sejati itu, selalu ingin agar yang dicintai itu bahagia. Meskipun kebahagiaannya tidak berada dalam diri kita.

Katanya cinta sejati itu, tak bersyarat. Selalu ingin memberi, tanpa pernah sekalipun mengharapkan balasan.

Tetapi ada yang menyangkalnya dan bertanya, "Sudah tahu rasanya tidak diinginkan?".

Yaaah.... Memang butuh seseorang berjiwa besar untuk mencintai.

Dan, "Ya". Aku sungguh tahu rasanya tak diinginkan.

Tetapi mengutip kata-kata sahabatku di atas, "Bukankah karena itu, dia tidak menjadi yang terakhir?".

Kamis, 04 Juni 2015

A THOUSAND LIES

Belakangan sering memikirkan, tentang betapa berubahnya diri ini. Tentang makin seringnya aku membohongi diri sendiri. Betapa kata yang belakangan terucap, lebih sering merupakan pengingkaran atas keinginan hati.

Tetapi anehnya terkadang pengingkaran terasa harus. Entah bagaimana, pemikiran itu tiba-tiba terlintas tanpa dipikirkan lebih dulu. Seperti kata-kata pengingkaran yang meluncur begitu saja, di depan seseorang. Seseorang yang hati ini begitu sering melantunkan lagu, bernadakan namanya.

Ah, manusia....





Katanya juga, seseorang yang selalu kita ingat di saat-saat kesendirian menyapa, adalah seseorang yang sesungguhnya begitu kuat bertahta dalam hati kita.

Hati ini entah kenapa, dipenuhi kamu.

Tentang kamu, yang kesedihannya selalu membuatku berusaha begitu keras untuk bisa menghadirkan senyuman di wajahmu.

Tentang kamu, yang tawanya selalu bisa menghadirkan kelegaan di hatiku. Meskipun itu belakangan sempat beriringan dengan menggores luka dihatiku.

 Tentang kamu, yang tak peduli apa, tak pernah bisa membuatku mendendam dan mengharapkan kejatuhanmu.

Tentang kamu, yang selalu menari dalam pikiranku saat menikmati senja. Menikmati ombak, angin, hujan, langit, laut, bintang, bulan, embun dan rumput.

Tentang kamu yang membuat pengingkaranku berbanding terbalik dengan hatiku.

Tentang kamu yang selalu bisa membuatku berucap, “tak peduli sekeras apa kehidupanku berjalan, tetapi Kau harus bahagia”.

Rabu, 03 Juni 2015

KITA.... AH, MUNGKIN HANYA AKU SAJA

Entah sejak kapan, hal itu menjadi penting untukku. Sesuatu yang rasanya pantas untuk aku tambahkan ke hal-hal sederhana, tetapi terasa luar biasa dalam dalam kehidupan ini.

Satu kepingan yang hilang yang selama ini tidak aku sadari. Dan karena suatu kebetulan yang tidak mungkin, sekarang dia berada di daftar yang sama. Begitu indah menempatkan dirinya dengan manis, disisi embun, hujan, laut, ombak, bintang, bulan, pelangi, matahari, awan dan hal-hal luar biasa lainnya.









Tetapi bukankah memang sesuatu yang penting, lebih  sering datang tanpa kita memintanya?

Yah, Setidaknya, begitulah kenyataan dalam hidup yang ku jalani.

Mungkin seperti cinta yang penuh misteri, begitupun hal-hal luar biasa itu datang. Meskipun tentu saja bukanlah kebetulan. Karena kebetulan, sekali lagi adalah hal yang tidak mungkin terjadi di dunia ini.

Pada akhirnya aku bersyukur bahwa senja itu tetap selalu terasa indah, untuk aku nikmati sendiri. hmmm, tidak benar-benar sendiri lebih tepatnya. Karena ada kepingan-kepingan luar biasa, yang membawa kenangan akan mereka yang pernah menemani. Akan mereka yang pernah berjanji, meski akhirnya memilih pergi. Entah pahit, manis, getir atau apalah, tetap saja tak mampu menghapus keindahan dan rasa syukur dalam hati ini.

Dan tentunya setiap menikmati senja, ada doa yang terucap lirih dari bibir ini. Semoga  kelak masih akan ada hari-hari di masa depan, dimana aku akan menikmati senja bersama seseorang. Seseorang yang tidak akan pernah memilih pergi, dan yang akan membuat semua terasa lebih indah. Lebih luar biasa dan lebih ceria. 

Saat ini aku menikmati senja bersama sebuah tambahan kepingan yang hanya kita tahu artinya. 
mmmm.... kita?? 
ah, mungkin hanya aku saja.

Jumat, 03 April 2015

A LONELY PATH

Mungkin banyak yang mempertanyakan, kenapa semudah itu aku memaafkan? Bahkan ketika orang yang melakukan salah, tak pernah menyuarakan permintaan maaf.

Katanya ada beberapa kesalahan yang tak pantas dimaafkan. Kesalahan-kesalahan yang terlampau besar, yang diperparah sikap angkuh pelakunya.

Yaah.... katanya sih.

Tapi juga ada juga yang bilang, bahwa setiap orang yang datang ke hidupmu, adalah orang-orang siap memberi luka kepadamu. Dan ketika memang hal itu harus terjadi, maka kita pasti terluka. Tetapi diri kita sendirilah yang memutuskan, siapa yang pantas menyakiti.

Intinya sih, seseorang tak akan bisa melukai ketika kita tak mengizinkannya. Jadi siapapun yang datang dan meninggalkan luka untuk kita, ada sedikit kesalahan kita disitu karena membiarkannya. Mungkin...

Tetapi sesungguhnya bukan itu alasan untuk memaafkan. Walaupun memang aku percaya, siapapun yang memberi maaf adalah seseorang yang sangat kuat. Dan orang yang pertama meminta maaf, adalah pemenang yang sebenarnya.





Alasan sesungguhnya, karena jalan hidup yang kupilih terlampaui sepi. Terlalu sunyi. Yah, jalan hidup pengejar impian walaupun terlihat hebat dari luar, sesungguhnya adalah jalan yang nyaris tak pernah dilewati.

Sepi yang membunuh semangat, sering terasa di jalan ini. Sunyi yang mematikan asa pun, bukanlah hal yang jarang terjadi. Jalan ini lebih sering terjal, berbatu tajam, dengan kabut dan kegelapan, serta teror ketidakpastian yang selalu menghantui. jalan ini hanyalah jalan yang akan diambil oleh para pemberani. berani mengambil resiko.

Karena itulah, akan lebih baik memiliki teman dalam perjalanan ini. Meskipun sesaat. Meski tidak akan lama mereka menemani, itu bukanlah masalah. Meski kebanyakan memilih pergi sebelum sampai di tujuan, tak apalah.

Karena aku tak ingin membuat jalan yang mencekam ini, menjadi lebih sunyi daripada yang seharusnya. Biarlah siapapun yang ingin, datang menemani. Meski sebentar dan kemudian pergi, entah kembali atau tidak.


Karena tetap saja aku percaya, pada akhirnya ketika sukses itu tergapai. Mereka yang ada di sampingku, hanyalah mereka yang memang pantas berada disitu.

Selasa, 24 Maret 2015

ITULAH........

Entah sejak kapan kita memulainya.

Berbagi kisah, sembari menertawakan bagaimana hidup selalu menghempaskan kita. Tentang masa lalu yang memberi banyak pelajaran hidup, dan memaksa untuk mengambil hikmah dari setiap jatuh.

Menertawakan keputusan-keputusan yang berakhir kelam, yang membuat kita merasa bodoh setiap kali mengingatnya. Walaupun tentu saja, ada air mata setiap kisah itu berakhir katamu.

Hei.. begitu banyak kesamaan dalam kisah masa lalu kita.


Mungkin lebih mengesankan, saat dua insan yang saling merindukan. Pada saat yang bersamaan sedang memandang bulan ataupun bintang, di langit yang sama.

Jauh lebih indah mungkin, ketika dua hati yang terpisah sedang memandang terbenamnya matahari di dua tempat yang berbeda.

Tetapi memandang rumput dari jenis yang sama, meski tentu saja di dua tempat yang jaraknya sangat jauh, cukuplah membuatku terkesan. Saat kita berdua, entah dengan cara bagaimana saling memamerkan foto yang kita ambil pada saat yang mungkin juga bersamaan dengan objek yang sama.

There’s no coinsidence, everything happen for a reason.

Sebuah kebetulan yang tak mungkin. Itu yang aku yakini.

Kau tahu... aku berpikir mungkin kita berdua akan begitu hebat jika menjadi sepasang kekasih. Sebuah kemungkinan yang tentu saja tak akan aku paksakan. Karena lihatlah kita, saling berkisah tentang orang yang pernah menyakiti kita. Orang yang sempurna yang sepertinya tak mungkin lagi kita miliki.

Entah hidup akan membawa kita ke arah mana. Saling bersimpangan ataupun beriringan, aku juga tak tahu. Bagiku, cukuplah saat ini berbagi kisah denganmu. Dan menikmati kesamaan-kesamaan yang bukan suatu kebetulan,yang kita lalui di tempat yang terpisah.

Itulah..... J









DINGIN

Malam ini udara terasa dingin. Lebih dingin dari pada biasa.

Kau tahu, belakangan jika aku mulai mengingat-ingat, rasanya kita semakin jauh. Ada bagian dari dirimu, yang berhasil membuat aku terkejut. Sedihnya, itu bukanlah sisi dirimu yang menyenangkan.

Tapi mungkin ada bagian dari diriku yang juga tak menyenangkan bagimu, hanya kamu tak pernah coba mengungkapkannya. Kau pendam sendiri, hingga di titik jenuh yang memaksa sisi lain dari dirimu keluar.

Entahlah. Walaupun rasanya tidak mungkin, tapi itulah kenyataan yang kita hadapi saat ini. Sebuah kenyataan yang susah payah coba kita lewati. realita yang sempat membuat kita berdua sama-sama terjatuh. Meskipun tentu saja tak akan pernah cukup untuk membuat kita tak bangkit, untuk berjuang lagi.

Mungkin sesudah ini, akan banyak lagi kesalah pahaman  yang akan kita lalui. Yang akan membuat kita bertengkar lagi. Terjebak dalam perang dingin yang tak menyenangkan. keadaan yang membuat tak nyaman, untuk sekedar melalui hari.

Tapi kau tahu, katanya adalah sebuah hal yang mustahil jika orang yang saling mencintai tak pernah bertengkar. Tetapi tentu saja, hanya yang benar-benar memiliki getaran yang sama dalam hati, yang bisa mengakhiri saat-saat seperti itu dengan tetap saling bergenggaman tangan.

Malam ini aku merenungkan semua yang terjadi. Dan berharap kelak, seseorang yang akan mendampingiku, yang akan menemaniku berbagi cerita tentang bulan, bintang, matahari, embun, laut, pasir, langit dan hujan adalah seseorang yang memiliki getaran yang sama. Yang tak akan meninggalkan saat perbedaan datang. Yang akan saling menguatkan disaat-saat rapuh. Yang tak pernah berhenti untuk percaya, saat dunia seolah berkonspirasi untuk menggagalkan. Seseorang yang meyakini dan memenangkan cinta, saat perbedaan coba menghadang.


Malam ini begitu dingin. Ataupun mungkin lebih disebabkan karena aku merindukan seseorang seperti itu?

entahlah.

Selasa, 10 Maret 2015

AKHIRNYA

Pada akhirnya aku menyerah. Yah... benar aku menyerah.

Bukan..... Bukan menyerah untuk mencari cinta. Bukan juga menyerah memperjuangkan dan mencarimu, siapapun engkau jodohku kelak. Aku masih memperjuangkanmu, memperjuangkan mimpiku. Memperjuangkan kisah hidupku, agar berakhir dengan bahagia. Agar kelak ketika di masa depan, aku melihat jejak hidupku tak ada penyesalan yang  datang menghampiri.

Bukankah pernah aku katakan jauh sebelumnya, bahwa aku tak sehebat yang terlihat dari luar? 

Bukankah sudah aku katakan sebenarnya, seperti apa diri ini sesungguhnya?

Dan benar adanya, aku pernah bermimpi untuk menemukan seorang pendamping hidup, yang menerima apa adanya diriku saat ini. Yang akan bersama-sama membangun kesuksesan, yang akan bersabar menemaniku, hingga akhirnya semua impian ini tercapai. Yang akan menguatkan, pada saat-saat terapuhku.  Yang meyakinkan bahwa aku pasti bisa, disaat mimpi itu terasa mulai menjauh.

Tetapi pada akhirnya aku harus menyerah. Bukan menyerah pada mimpi-mimpiku. Bukan menyerah dan berhenti berusaha menggapai impianku. Bukan. Tapi aku menyerah menemukan seseorang seperti itu. Pada akhirnya aku menyadari, menemukan seseorang seperti itu, menjalani kisah seperti itu, hanyalah sebuah angan. Hal itu hanyalah kisah yang begitu manis disodorkan oleh dongeng-dongeng, hikayat-hikayat, legenda-legenda pengantar tidur.




Akhirnya aku tersadar, lelaki pengejar impian sepertiku memang akan berhadapan dengan hal-hal yang mematahkan semangat. Dengan cinta yang datang karena kekaguman sesaat, dan segera berlalu saat tahu, bahwa aku masih jauh dengan impianku. prestasi akan menghasilkan prestise. Bahwa aku harus menjadi sesuatu. Menjadi seseorang yang sukses. Lelaki  yang telah berhasil menggapai impiannya. Maka cinta itu akan datang dengan sendirinya, tanpa aku harus meminta.

Tak apalah ketika saat itu tiba, akan datang kembali seseorang yang pernah menyakitiku. Seseorang yang pernah berpaling dariku. Seseorang yang pernah menghancurkanku. Siapapun itu, jika ia memang ditakdirkan mendampingiku hingga akhir menutup mata, akan kuterima. Siapapun dia yang memiliki getaran dan cinta yang sama denganku. Ku maafkan dengan lapang dada. Meski mungkin aku tak akan pernah menyanyikan lagu “Anji – Hingga hari tua”, ataupun lagu milik almarhum “Crisye – Untukku”. Karena ada lirik yang terkhianati disitu.


Saat ini aku masih berjuang dengan impianku, dan tak akan membiarkan siapapun, apapun menyurutkan langkahku. Mimpi itu akan kutaklukkan. Impian itu akan ku gapai. Aku masih seorang lelaki yang pantang menyerah. Masih seorang lelaki dengan semangat yang sama. Masih seorang lelaki dengan tekad baja. Meski dengan pemahaman cinta yang sedikit berbeda.